Jumat, 08 Januari 2010

TENTANG MATI ...


Hanya ada satu warna disana, warna kelam yang membuat bayangan-bayangan yang menakutkan. Sudah terlalu banyak orang yang lupa, termasuk aku. Sesuatu yang pasti akan terjadi pada diriku, detik ini mungkin, satu jam…. Satu hari…. Satu minggu… satu bulan…. Satu tahun lagi mungkin…. Entah kapan
Waktu menjeratku dalam senyum, dan mati hanya sebuah phobia yang menghantuiku dan kemudian selalu ada cara melupakannya.
Padahal teman…
Manusia akan kembali ke asalnya, kembali ke Khalik-nya.
Mendung bergayut, kala maut menjemput. Benar-benar tak ada warna cinta menyambutnya. Tapi teman.. jika kau merindukan mati, sebenarnya ia adalah gerbang menuju kehidupan baru, jalan panjangmu yang kekal. Hidup benar-benar tak sebanding dengan mati. Hidup memang anugerah terindah, tapi jika dibandingkan dengan keajaiban mati, hidup hanya berupa mimpi.
Masihkah kita ingin hidup dengan bergelimang dosa dan nestapa ???
Kenapa kita tak pernah merindukan mati dan menyiapkan bekal kita untuk menghadapi maut, moment yang pasti kita alami. Saat dimana kita benar-benar harus mempertanggung jawabkan perbuatan kita. Mati syahid dirindukan orang-orang yang cinta Khalik-nya. Tapi aku, teman… aku masih sering lupa kalau suatu saat aku pasti akan mengalami ‘kematian’. Aku tak pernah peduli sudah berapa banyak bekalku untuk perjalanan panjang itu. Untuk menemui Khalik-ku yang menciptakan, memelihara, dan mengasihi aku.
Dalam mati takkan ada keheningan karena kita akan dihadapkan pada balasan amal ketika hidup. Yang menyerang kita adalah kesepian, karena tak seorang pun bahkan yang paling menyayangi kita, yang mau menemani kita di alam kematian, di alam kubur sana.
Hari ini, malam ini, detik ini, ditempat sujudku… aku merasa keciiiiiiiiiiil dihadapan-Nya. Namun entah kesombongan apalagi yang akan kuperbuat.
Oh.. ya Allah.. jika hidupku hanya bergelimang dosa di dunia, maka selamatkan aku dengan kematian.
Tapi ya Rabb.. ijinkan aku mendapat setitik cahaya-Mu agar aku mampu berjalan di jalan-Mu yang lurus.
Teman, mati itu pasti. Lalu masihkah kita punya waktu beberapa detik lagi untuk tetap mengingkarinya ??!
Segelintir orang, termasuk aku sendiri kadang terlalu sibuk mengumpulkan bekal untuk hidup. Tapi, bekal untuk mati.. sudah sejauh mana kita mempersiapkannya ??!
Mungkin saja, aku takkan pernah bisa lagi menatap cahay mentari hangat esok pagi. Mungkin saja aku takkan pernah sempat berbakti kepada kedua orangtuaku, atau mungkin saja aku takkan dapat bertemu dengan orang-orang yang kukasihi atau bahkan mungkin aku takkan pernah sempat memohon maaf pada orang-orang yang tersakiti hatinya olehku.
Teman, kubayangkan diriku terbujur kaku, diselimuti kain kafan. Tanpa daya apapun. Tak mau & tak bisa bergerak bahkan berteriak sedikit pun. Jika maut menjemputku untuk mempertanggungjawabkan hidupku pada-Nya. Lalu bekal apa saja yang telah kusiapkan??!
Oh.. ya Rabb, pemilik setiap jiwa.. hina aku dihadapanMu dengan dosa yang terlalu banyak ini. Ampuni dosa hambamu ini…. Ampuni Rabbi..


Banyak orang mengira bahwa akar terorisme ialah ideologi kekerasan. Tampaknya pandangan ini semakin jauh dari kebenaran. Mengapa? Kekerasan hanyalah alat dan sarana praktis. Sama sekali bukan penyebab atau alasan kausatif. Anak kecil memukul temannya. Ini bukan sebab, melainkan ekspresi. Lalu apa sebabnya? Karena ia “menjadi” benci terhadap temannya yang telah merebut mainannya, mengambil makanannya atau yang telah “mencuri” perhatian ibu guru terhadapnya.

TENTANG MATI ...

Hanya ada satu warna disana, warna kelam yang membuat bayangan-bayangan yang menakutkan. Sudah terlalu banyak orang yang lupa, termasuk aku. Sesuatu yang pasti akan terjadi pada diriku, detik ini mungkin, satu jam…. Satu hari…. Satu minggu… satu bulan…. Satu tahun lagi mungkin…. Entah kapan
Waktu menjeratku dalam senyum, dan mati hanya sebuah phobia yang menghantuiku dan kemudian selalu ada cara melupakannya

sukseskan...........!!!


sukses selalu..!!!